I sat on the bus, on my way to school. Listening to the music, and paying little to the other students. At one of the stops, my mind snapped back to reality. I look towards the small house. Tommy's house, I thought. A hand slipped through the drapes of the window and waved the bus driver to move on.
"He's sick," I thought, paying no large amount of attention to the situation.
The day flew by. I watched the local news channel after school, and what I heard paralyzed me. Tommy's entire family was murdered that day by an unknown suspect.
After hearing the news, I move back up to my room and quietly fell asleep.
***
The next day, I sat on the bus. We drove past Tommy's house and the bus driver, unaware of Tommy's family fate, stopped at his home. As I was about to get up and explain to her what had happened, something caught my eye. A pale hand slipped through the drapes of the window, and waved the bus driver to move on. I sat on the bus terrified.Indonesian:
Aku duduk di dalam bis dalam perjalanan menuju sekolah. Mendengarkan musik dan tidak terlalu perhatian pada murid-murid yang lain. Dalam satu pemberhentian, pikiranku kembali ke dunia nyata. Aku melihat rumah kecil. Rumah milik Tommy, pikirku. Sebuah tangan menyelinap dari balik korden dan melambai ke supir bis agar berlalu saja.
"Dia sakit," pikirku saat itu, tidak terlalu perhatian terhadap situasinya.
Hari-hari berlalu. Aku melihat berita di saluran lokal TV setelah sekolah dan apa yang kudengar membuatku terdiam. Seluruh keluarga Tommy dibunuh hari itu oleh tersangka tak dikenal.
***
Hari berikutnya aku duduk di dalam bis lagi. Kita menuju rumah Tommy dan supir bis yang rupanya tidak tahu nasib keluarga Tommy, berhenti di sana. Aku hampir saja bangkit untuk menjelaskan kepada supir bis tentang apa yang terjadi pada keluarga Tommy, ketika sesuatu tertangkap mataku. Sebuah tangan pucat menyelinap dari korden jendela dan melambaikan tangan ke arah supir bis untuk berlalu saja. Aku duduk di bis merasa ngeri.
0 komentar:
Posting Komentar